Terdengar mengerikan, tapi memang demikianlah adanya bahwa SSD bisa mati secara tiba-tiba. Padahal sebelumnya kamu masih bisa bekerja dengan SSD tersebut secara normal, tidak ada gejala kerusakan apapun. Namun, rusaknya SSD agak sedikit berbeda dibandingkan dengan harddisk. Apabila harddisk rusak dikarenakan kegagalan mekanis, SSD rusak karena metode yang SSD gunakan untuk menulis informasi.
![](https://recoverydataindonesia.com/wp-content/uploads/2023/01/photo1675057979.jpeg)
SSD menggunakan sel memori flash untuk menyimpan data. Dengan cara ini, SSD memiliki karakteristik hampir seperti flash drive, memprogram data ke dalam sel ini dengan mengubah muatan listriknya. Namun, saat kamu mengisi ruang kosong di SSD, SSD hanya dapat menambah data baru dengan menghapus data lama. Kami menyebut proses ini siklus Program/Erase, atau singkatnya siklus P/E.
Yang perlu kamu ketahui adalah bahwa setiap SSD memiliki jumlah siklus P/E yang terbatas. Setiap siklus P/E secara bertahap menurunkan penyimpanan sel SSD hingga akhirnya menjadi usang. Pada titik ini, kamu tidak dapat lagi menggunakan SSD untuk menyimpan data. Meskipun keausan sel flash SSD yang lambat tidak menunjukkan kerusakan dengan cara yang sama seperti kegagalan mekanis hard drive, itu berarti SSD tidak lagi dapat kamu gunakan.
Meskipun SSD bisa mati dengan tingkat yang lebih rendah daripada HDD. SSD memiliki tingkat kerusakan yang lebih tinggi, yang dapat memengaruhi pengalaman pengguna. Apa yang disebut crash, yang sulit kami perbaiki, relatif umum terjadi pada SSD. Studi menunjukkan bahwa lebih dari 20% SSD memiliki kerusakan yang tidak dapat dipulihkan dalam waktu empat tahun dan 30-80% memiliki bad sector. Semua kerusakan ini dapat memengaruhi penyimpanan data dan menyebabkan kerusakan kinerja.
Apabila kamu memiliki kasus SSD mati secara tiba-tiba, kamu bisa hubungi Recovery Data Indonesia, agar kami bisa membantu kamu memulihkan data dari SSD tersebut.